ISO Proyeksikan Surplus Gula Global Sebesar 1,625 Juta Ton pada Musim 2025–2026

Gula 21 Nov 2025 170 kali dibaca
Gambar Artikel

LingkariNews—Organisasi Gula Internasional (ISO) memproyeksikan surplus gula global sebesar 1,625 juta ton pada musim 2025/26. Proyeksi tersebut disampaikan dalam revisi pertama neraca gula global 2025–2026. Proyeksi terbaru ini jauh berbeda dari perkiraan ISO pada Agustus lalu. Saat itu, ISO memprediksi defisit gula sebesar 231 ribu ton untuk musim 2025/26. Artinya, terjadi revisi besar mencapai 1,856 juta ton dari estimasi sebelumnya. Revisi ini dipicu oleh lonjakan produksi di negara produsen utama seperti India, Thailand, dan Pakistan.

Berdasarkan analisis ISO, produksi gula dunia pada 2025/26 diperkirakan mencapai 181,767 juta ton. Angka itu naik 5,552 juta ton dari musim sebelumnya. Sementara itu, konsumsi gula global diproyeksikan menyentuh 180,142 juta ton, hanya meningkat 1,011 juta ton atau sekitar 0,56 persen. Pertumbuhan konsumsi yang terbatas tidak mampu mengimbangi kenaikan produksi. Kondisi ini menciptakan surplus gula global.

Tren Perdagangan dan Stok Gula Dunia

Permintaan impor gula dunia pada 2025/26 diperkirakan melemah hingga 62,962 juta ton. Volume ini turun 1,496 juta ton dari musim sebelumnya. Penurunan impor terjadi karena banyak negara tidak lagi membutuhkan pasokan tambahan karena produksi dalam negeri yang meningkat.

Di sisi lain, pasokan ekspor internasional diperkirakan stabil pada 64,733 juta ton. Angka itu hampir sama dengan musim 2024/25 yang mencapai 64,740 juta ton. Stabilnya ekspor gula dunia menunjukkan pasokan gula global masih longgar. Kondisi ini sejalan dengan proyeksi ISO yang memperkirakan surplus gula sebesar 1,625 juta ton pada 2025/26.

Sementara itu, stok gula global pada 2025/26 diperkirakan turun sedikit dari 95,150 juta ton menjadi 95,004 juta ton. Rasio stok terhadap konsumsi juga turut mengalami penurunan menjadi 52,74 persen, sedikit lebih rendah dari musim sebelumnya (53,12%). Penurunan ini mencerminkan tekanan pada cadangan gula meski tingkat produksi masih surplus. Kondisi ini masih konsisten dengan situasi surplus gula yang terbentuk oleh pertumbuhan produksi global.

Harga Gula Diproyeksikan Stabil dalam Waktu Dekat

Proyeksi surplus gula global pada 2025/26 memicu tekanan pada harga gula dalam sebulan terakhir. Data Nasdaq.com menunjukkan harga gula di London kembali menyentuh posisi terendah dalam 4,75 tahun pada Senin, 10 November. Di pasar New York, kontrak gula juga turun ke level terendah dalam lima tahun pada Kamis, 6 November. Tekanan ini mencerminkan sentimen pasar yang masih dibayangi oleh ekspektasi surplus pasokan gula.

Meski demikian, ISO menilai harga gula cenderung stabil dalam tiga bulan ke depan. ISO menilai bahwa surplus gula sebesar 1,625 juta ton belum cukup besar untuk mendorong perubahan harga yang signifikan. Panen yang berlangsung bertahap membuat pasokan baru masuk secara perlahan, sementara risiko gagal panen biasanya terlihat di pertengahan atau akhir musim. Hal ini membuat pasar lebihmemilih untuk menunggu perkembangan panen sebelum menentukan arah berikutnya.

Sementara itu, program ekspor 2025/26 diperkirakan belum berjalan penuh karena produsen masih menyesuaikan diri dengan perkembangan harga global. Banyak negara produsen gula masih menimbang ulang kesesuaian harga domestik dan internasional sebelum melepas volume ekspor tambahan. Penyesuaian ini turut membantu menjaga harga tetap stabil, meski pasar masih dibayangi potensi surplus gula di tingkat global.

Prospek Positif Pada Industri Gula Nasional

Sementara di dalam negeri, dinamika industri gula Indonesia menunjukkan arah yang stabil dan optimis. Produksi gula nasional pun meningkat dibandingkan tahun lalu, diperkirakan sekitar 2,6 juta ton di tahun 2025, meskipun belum sepenuhnya mencapai target pemerintah. 

Di sisi lain, tingkat konsumsi diperkirakan akan terus meningkat, baik konsumsi langsung yang mencapai lebih dari 3 juta ton maupun untuk kebutuhan industri yang berada pada kisaran serupa. 

Untuk mengejar target swasembada, pemerintah terus mengupayakan berbagai langkah strategis, termasuk percepatan bongkar ratoon, penyediaan pupuk bersubsidi, hingga perbaikan kualitas bibit. Gabungan Pengusaha Gula Indonesia (GAPGINDO) sebagai asosiasi pelaku industri menyambut baik kebijakan tersebut dan menyatakan dukungannya terhadap peningkatan produksi gula nasional serta program-program pemerintah yang sejalan dengan penguatan industri gula Indonesia.

(KP/NY)